Baucis dan Philemon hidup di Phrygia, bagian dari Asia Minor (daerah semenanjung Anatolia). Mereka telah lama menikah, dan walaupun mereka miskin, mereka hidup bahagia dan saling mencintai satu sama lain dengan tulus. Mereka memliki kebun yang kecil, yang hanya bisa memenuhi kebutuhan makan mereka sehari-hari. Terkadang, keadaan yang sulit membuat mereka tidak bisa menanam apapun di kebunnya, sehingga mereka hanya dapat mengandalkan telur dari seekor angsa yang hidup di kebunnya. Angsa ini bukan hanya berperan menghasilkan telur, melainkan juga berperan sebagai penjaga kebun kecil pasangan ini.
Suatu hari, Zeus dan Hermes memutuskan untuk mengunjungi Phyrgia. Zeus, pelindung para tamu, ingin mengetahui apakah rakyat Phyrgia bersikap baik pada pendatang. Zeus dan Hermes mengenakan baju compang-camping agar tidak ada yang mengenali mereka. Mereka tau bahwa jika mereka datang sebagai dewa, mereka tentu akan disambut dengan mewah, sehingga mereka memutuskan untuk berpakaian compang-camping untuk melihat bagaimana rakyat Phyrgia bersikap pada pengembara biasa.
Maka dengan penyamarannya, mereka mendatangi satu-persatu rumah di Phyrgia, untuk mendapat tempat beristirahat dan meminta makanan dan minuman. Namun setiap penghuni rumah yang mereka datangi menolak dengan kasar. Setelah hal ini terjadi berkali-kali, Zeus menjadi khawatir. Dia berpaling pada Hermes dan berkata, “Bagaimana mungkin orang bisa berpergian di negeri yang rakyatnya begitu tidak ramah dan tidak mengenal sopan santun? Tiadakah orang di Phyrgia yang ramah pada pengembara tak dikenal? Pengembara yang jauh dari rumahnya tidak seharusnya kelaparan. Aku ingin tahu apa yang mereka rasakan jika mereka diperlakukan sebagaimana mereka memerlakukan kita tadi?” Hermes hanya diam mendengar pertanyaan Zeus, dan mereka pun melanjutkan perjalanan. Akhirnya, setelah mengetuk ratusan pintu dan diperlakukan secara kasar pada setiap rumah yang merekan kunjungi, mereka sampai di gubuk kecil yang terlihat sangat kumuh dibandingkan dengan rumah-rumah lain. Rumah ini terletak dibawah bukit tinggi, dan walaupun kebun disekitar rumah ini kecil, namun tanahnya terpelihara dengan baik. Ketika mereka mengetuk pintu, pasangan yang berdiam disitu keluar. Dengan kebaikan hati dan tangan terbuka mereka mengundang kedua pengembara untuk masuk. Dengan menundukkan badan karena pendeknya pintu masuk, mereka masuk ke sebuah ruangan kecil namun bersih.
Pasangan itu bernama Baucis dan Philemon. Baucis adalah wanita berperawakan kecil dengan rambut ke abu-abu an, muka yang ramah, dan senyuman yang bersahabat; dan suaminya Philemon, adalah pekerja keras dan kuat walaupun usianya sudah tua. Mereka sangat ramah dan dengan senang hati mulai menyiapkan makanan dan berusaha membuat para tamunya merasa senyaman mungkin.
Baucis dan Philemon tidak mempertanyakan nama atau daerah asal dari tamunya; mereka mengerti bahwa merupakan hak dari tamunya untuk memberikan informasi itu hanya jika mereka mau. Dengan memikirkan kenyamanan tamunya, mereka mempersilahkan tamunya untuk duduk di dekat perapian yang hangat, dan Baucis meletakkan bantal tipis sebagai alas pada sebuah bangku yang keras. Lalu Baucis mulai memanaskan perapian sambil mendidihkan air. Sambil memasak makan malam, Baucis berkata pada tamunya, “Kami sangat senang atas kedatangan Anda sekalian.”
“Kami tidak punya banyak persediaan makanan, namun dengan senang hati kami akan berbagi apa yang kami memiliki pada kawan kami.” Baucis berkata dengan diiringi anggukan setuju suaminya. Akhirnya, makanan sederhana siap disajikan. Baucis meletakkan piring yang sedikit rusak diatas meja yang sudah reyot dan mulai melayani tamunya. Philemon selalu memastikan tamunya agar mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Pasangan ini sangat sibuk menikmati kebersamaan dengan tamunya sehingga mereka tidak menyadari ada yang tidak biasa. Namun, secara bertahap, Baucis dan Philemon menyadari walaupu mereka telah menghabiskan persedian wine mereka yang sedikit, namun kendi tempat penyimpanannya selalu terisi penuh kembali, walaupun sudah beberapa kali dikosongkan. Jelaslah bahwa tamu mereka bukan sekedar pengembara biasa. Keajaiban seperti ini hanya bisa dilakukan para dewa. Seketika itu juga, pasangan ini berlutut dan meminta maaf kapada kedua dewa didepannya atas keadaan rumahnya yang tidak pantas dan karena mereka hanya bisa menyajikan makanan sederhana.
Malu akan kemiskinannya, Philemon segera berdiri dan berlari keluar untuk menangkap angsa mereka untuk dimasak sebagai sajian yang lebih pantas bagi para dewa. Namun sang angsa merasakan tujuan pemiliknya dan segera berlari kearah rumah dan melompat ke pangkuan Zeus untuk emncari perlindungan. Zeus tertawa melihatnya, dan Philemon pun menghentikan pengejarannya. Zeus meyakinkan Baucis dan Philemon bahwa dia tidak ingin memakan angsa satu-satunya milik mereka.
Sambil tersenyum, Zeus dan Hermes berkata, “Ikutilah kami, Baucis dan Philemon. Kalian sungguh tuan rumah yang sangat baik, dank arena itulah kalian akan diberikan hadiah. Namun, orang lain di negeri ini akan dihukum karena ketidaksopanan mereka.”
Dengan gugup, Baucis dan Philemon mengikuti para dewa menaiki bukit dibelakang rumah mereka. Ketika mereka berbalik, mereka sangat terkejut melihat semua rumah – kecuali rumah mereka – telah menghilang terendam banjir dahsyat. Hanya ujung bangunan tertinggi yang masih dapat mereka lihat diantara amukan banjir. Banjir ini terjadi sangat cepat sehingga seluruh desa tidak bisa berbuat apa-apa. Baucis dan Philemon tidak melihat seorang pun tersisa setelah banjir surut. Yang tersisa hanyalah rumah mereka dengan air banjir yang mengalir di sekelilingnya.
Diatas bukit, aman dan kering dari air banjir, Baucis dan Philemon melihat lagi ke perkebunan mereka, tanpa bisa berkata-kata. Dengan takjub mereka melihat rumah mereka berubah menjadi kuil megah yang terbuat dari emas dan marmer. Mereka samasekali tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi. Ketika mereka memandang dengan pandangan bertanya kepada Zeus, diapun tersenyum dan berkata, “Kalian akan mendapatkan hadiah kalian sekarang. Katakana apapun yang kalian mau, dan aku akan mewujudkannya.”
Untuk beberapa saat, Bucis dan Philemon berbisik-bisik mendiskusikan apa yang mereka inginkan. Pertama, mereka meminta pada para dewa untuk dijadikan pendeta di kuil emas berkilauan yang sekarang berdiri menggantikan rumah mereka. Lalu, mereka memohon para dewa agar mereka bisa mati pada saat yang sama, sehingga tak satupun dari mereka harus hidup tanpa ditemani pasangannya.
Zeus mengabulkan permintaan pertama pada saatitu juga, Sebelum kembali ke Gunung Olympus bersama Hermes, Zeus memerintahkan Baucis dan Philemon untuk melayani di kuil yang sekarang berdiri di lokasi perkebunan mereka dulu. Pasangan itu hidup bahagia sampai tua dan selalu percaya satu sama lain dan kepada kebesaran dewa.
Suatu hari, ketika sedang berdiri diluar kuil, Baucis melihat tubuh suaminya mengeras. Didepan matanya, kaki Philemon tumbuh menjalar ke tanah, dan dedaunan tumbuh di tangannya. Baucis sangat terkejut, namun tiba-tiba diapun menyadari bahwa akar dan dedaunan tumbuh dari tubuhnya. Mereka hanya punya beberapa saat untuk saling mengucapkan selamat tinggal sebelum tubuh mereka sepenuhnya berubah menjadi pohon yang batangnya saling bersilangan dan daunnya berayun-ayun. Dengan cara inilah, para dewa mengabulkan keinginan kedua mereka: sekarang mereka tak akan terpisahkan, walaupun dalam kematiannya.
Sejak saat itu, orang-orang yang berdatangan untuk tinggal di Phyrgia selalu menceritakan kisah Baucis dan Philemon dan menggantungkan karangan bunga di pohon yang tumbuh saling bersilangan diluar kuil emas. Dengan cara ini, rakyat Phyrgia menghormati roh Baucis dan Philemon, pasangan setia yang diberikan anugerah oleh para dewa atas kebaikannya kepada sesama.
=======================
Translated by: M Luhung (http://twitter.com/mluhunk) from [1]
Sumber:
[1] Michelle M. Houle, Gods and Goddesses in Greek Mythology, 2001
Note: Jika Anda ingin memasukkan posting ini ke blog atau website Anda, anda WAJIB cantumkan LINK ke http://kisahmitologi.blogspot.com
=======================
;(( deep banget om ceritanyaaaa.....
BalasHapustambah om tambaaahhh.... (h)
Siaaap gan 8-)
Hapus